LANDASAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Oleh
Kelompok
1
Rosa
Feronika (1162060094)
Silviana
Sintia (1162060099)
Wilman
Taupik Ardiansyah (1162060123)
PRODI
PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017
Kata
Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT karena dengan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang ‘’Landasan Pengembangan Kurikulum’’ ini dengan baik meskipun banyak
kekurangannya. Dan juga kami berterimakasih kepada Ibu Meti Maspupah, M.Pd
selaku dosen mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran Biologi yang telah
memberikan tugas kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Landasan Pengembangan Kurikulum. Dan juga kami menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat, yang bersifat membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang tepat.
Bandung,
17 Februari 2017
Penyusun
Daftar
Isi
Kata
Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar isi................................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
1.
Latar Belakang........................................................................................................... 1
2.
Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 2
1. Pengertian landasan pengembangan
kurikulum............................................. ............ 2
2. Macam-macam landasan pengembangan
kurikulum................................................. 3
BAB
III PENUTUP........................................................................................................... 12
1. Kesimpulan............................................................................................................... 12
Daftar
Pustaka................................................................................................................... 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan
mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan,
menentukan proses dan hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum
di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, dalam penyusunan
kurikulum tidak dapat dikerjakan sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan
landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam. Jika landasan pendidikan, khususnya kurikulum yang
lemah , yang akan ambruk adalah manusia
Adapun beberapa landasan utama dalam
pengembangan suatu kurikulum, meliputi landasan filosofis, landasan psikologis,
landasan sosial budaya, dan landasan perkembangan ilmu dan teknologi. Selain itu,
makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran
Biologi maka kami menyusun makalah ini. Dan ditambah lagi dengan fenomena
pergantian kurikulum pendidikan beberapa tahun kebelakang.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan
kurikulum ?
2. Macam-macam landasan pengembangan
kurikulum ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian landasan pengembangan kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen
yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum
bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas
arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman
belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Karena begitu pentingnya fungsi dan
peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jejang manapun harus
didasarkan pada asas-asas tertentu.
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya
adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus
dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Namun demikian, persoalan
mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaimana cara belajar siswa bukanlah
suatu proses yang sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus
berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai; sedangkan
menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan
masyarakat. Persoalan inilah yang kemudian membawa kita pada persoalan
menentukan hal-hal yang mendasar dalam proses pengembangan kurikulum yang
kemudian kita namakan asas-asas atau landasan pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan
yang sangat kompleks, yang memerlukan dasar-dasar pertimbangan bagi pengambilan
keputusan yang mendalam dan mendasar. Seperti halnya dalam menentukan tujuan
pendidikan yang harus dicapai oleh suatu sekolah, harus ditindaklanjuti dengan
pengambilan keputusan yang cermat dalam menentukan mata pelajaran serta konten
atau bahan ajar yang yang harus dimasukan dalam kurikulum. Dan perlu pula
ditetapkan rekomendasi dalam memilih kegiatan pembelajaran dan pengalaman
belajar yang dapat menunjang pencapai tujuan-tujuan umum dan tujuan-tujuan
khusus pendidikan dan pembelajaran. Untuk itu, maka pentingnya ditetapkan
landasan-landasan pendidikan yang mendasari pengembangan kurikulum. Dengan
adanya landasan yang jelas, yang kemudian dipahami dengan baik oleh para
pengembang kurikulum, maka diharapkan akan terjadi sinkronisasi antara apa yang
diharapkan , direncanakan dengan apa yang secara nyata dilaksanakan disekolah
maupun dikelas.
Fungsi asas atau landasan pengembangan
kurikulum adalah seperti fondasi sebuah bangunan. Apa yang akan terjadi seandainya
sebuah gedung yang menjulang tinggi berdiri diatas fondasi yang rapuh? Ya,
tentu saja bangunan itu tidak akan tahan lama. Oleh sebab itu, sebelum sebuah
gedung dibangun, terlebih dahulu disusun fondasi yang kokoh. Semakin kokoh
fondasi sebuah gedung, maka akan semakin kokoh pula gedung tersebut.
Pengembangan kurikulum merupakan
kegiatan yang sangat kompleks, yang memerlukan dasar-dasar pertimbangan bagi
pengambilan keputusan yang mendalam dan mendasar. Seperti halnya dalam
menentukan tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh suatu sekolah, harus
ditindaklanjuti dengan pengambilan keputusan yang cermat dalam menentukan mata
pelajaran serta konten atau bahan ajar yang harus dimasukan dalam kurikulum.
Dan perlu pula ditetapkan rekomendasi dalam memilih kegiatan pembelajaran dan
pengalaman belajar yang dapat menunjang.
B.
Macam-macam landasan pengembangan kurikulum
1.
Landasan
filosofis
Pendidikan merupakan sebuah interaksi antara pendidik dan
peserta didik. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan
serta proses bagaimana interaksi berlangsung. Apa yang menjadi tujuan
pendidikan, siapa yang pendidik dan peserta didik, apa isi pendidikan dan bagaimana
proses interkasi tersebut merupakan pernyataan yang membutuhkan jawaban yang
mendasar, yang esensial yaitu jawaban-jawaban filosofis.
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti cinta atau
kebijakan (love of wisdom). Orang
belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan bijak, harus tahu
atau berpengetahuan. Pengetahuan tersebut
diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara sistemattis, logis,
dan mendalam. Pemikiran demikian dalam filsafat sering kali disebut sebagi
pemikiran radikal, atau berpikir sampai ke akar-akarnya. Secara. akademik, filsafat berarti upaya untuk
menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif
tentang alam semesta dan kedudukan manusia
di dalamnya. Berfilsafat berarti menangkap sinopsis peristiwa-peristiwa yang simpang siur dalam pengalaman manusia.
Suatu cabang ilmu pengetahuan mengkaji satu bidang pengetahuan manusia, daerah
cakupannya terbatas. Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, berusah
melihat segala yang ada ini sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan mencoba
mengetahui kedudukan manusia di dalamnya. Jadi, landasan filosofis sangat
penting dalam pengembangan kurikulum dalam mendapatkan sebuah konsep atau
rancangan yang dipikirkan secara sistematis, logis, dan mendalam sehingga mampu
menuangkan konsep yang lebih baik. Filsafat juga memberikan landasan-landasan
dasar bagi ilmu. Keduanya dapat memberikan bahan bagi manusia untuk membantu memecahkan
berbagai masalaha dalam kehidupannya.
Ada tiga cabang besar filsafat, yaitu metafisika (yang
membahas segala yang ada di alam ini), episteminologi (yang membahas kebenaran)
dan aksiologi (yang membahas nilai.
a. Metafisika
Metafisika
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas hakikat
fundamental mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya.
b. Epistemologi
Epistemologi
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis
pengetahuan. (https:id.m.wikipedia.org/wiki/Epistemologi) (Dilihat Hari Sabtu
tanggal 18 Februari 2017,jam 15:02)
c. Aksiologi
Aksiologi
merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya.
(https:id.m.wikipedia.org/wiki/Aksiologi) (Dilihat
Hari Sabtu tanggal 18 Februari 2017,jam 15:04)
Filsafat
membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia termasuk masalah-masalah
pendidikan ini ynag disebut filsafat pendidikan . walaupun dilihat sepintas,
filsafat pendidikan ini hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran
filosogis untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan tetapi antara keduanya
yaitu antara filsafat dan filsafat pendidikan terdapat hubungan yang sangat
erat. Menurut donald burter, filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap
praktik pendidikan, sedangkan praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi
pertimbangan-pertimbangan filosofis. Bahkan menurut john dewey filsafat dan
filsafat pendidikan adalah sama,
sebagaimana juga pendidikan menurut Dewey sama dengan kehidupan.
2. Landasan psikologis
Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antar-individu
manusia, yaitu antar peserta didik dengan pendidik dan juga antar peserta didik
dengan orang-orang yang lainnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena
kondisi psikologisnya. Berkat kemampuan-kemapuan psikologis yang lebih tinggi
dan kompleks inilah sesungguhnya mausia menjadi lebih maju, lebih banyak
memiliki kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan dibandingkan dengan makhluk
lainnya.
Kondisi psikologis merupakan karakteristik psiko-fisik
seseorang sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam
interaksi dengan lingkungannya, prilaku tersebut merupakan manifestasi dari ciri-ciri
kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, prilaku kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Kondisi psikologis setiap individu berbeda, karena
peerbedaan tahap perkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena
perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi pun berbeda pula
bergantung pada konteks, peranan, dan status individu diantar individu-individu
yang lainnya. Interaksi yang tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai
dengan kondisi psikologis para peserta didik maupun kondisi pendidiknya.
Peseta didik adalah individu yang sedang berada dalam
proses perkembangan. Tugas utama yang sesungguhnya dari para pendidik adalah
membantu perkembangan peserta didik
secara optimal. Karakteristik perilaku
individu pada tahap-tahap perkembangan, serta pola-pola perkembangan individu
menjadi kajian psikologi perkembangan.
Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami anak
sebagian besar terjadi karena usaha belajar, baik berlangsung melaui proses peniruan, pengingatan,
pembiasaan, pemahaman, penerapan, maupun pemecahana masalah. Pendidik atau guru
melakukan berbagai upaya, dan menciptakan berbagi kegiatan dengan dukungan berbagai alat bantu pengajaran agar anak-anak
belajar. Cara belajar mengajar yang mana
membutuhkan studi sistematik dan mendalam. Studi demikian merupakan bidang
pengkajian dari psikologi belajar.
Jadi, minimal ada dua bidang psikologi yang mendasari
pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Keduanya sangat diperlukan, baik di dalam merumuskan tujuan, memilih, dan
menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik
penilaian.
a. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan membahas
perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid
dengan sel telur sampai dewasa.
I.
Metode dalam psikologi perkembangan
Pengetahuan tentang perkembangan individu
diperoleh meleui studi yang bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologik atu studi kasus. Studi
longitudinal menghimpun informasi tentang perkembangan individu melalui
pengamatan dan pengkajian perkembangan sepanjang masa perkembangan, dari saat
lahir sampai dengan dewasa. Metode cross
sectional yang dilakukan oleh Arnold Gessel dengan cara mempelajari
beribu-ribu anak dari berbagai tingkatan usia, mencatat ciri-ciri fisik dan
mental, pola-pola perkembangan dan kemampuan, serta prilaku mereka. Studi
psikoanalitik dilakukan oleh Sigmund
freud. Studi ini lebih banyak diarahkan mempelajari perkembangan anak pada
masa-masa sebelumnya, terutama pada masa
kanak-kanak. Karena dapat mengganggu perkembangan pada masa selanjutnya. Metode
sosiologik digunakan oleh Robert
Havighurst. Ia mempelajari perkembangan anak
dari tuntutan tugas-tugas yang harus dihadapi dan dilakukan dalam
masyarakat. Ada seperangkat tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai
individu dalam setiap tahap perkembangan. Sedangkan metode lainnya ialah studi
kasus. Dengan mempelajari kasus-kasus tertentu, para ahli psikologi perkembangan
menarik beberapa kesimpulan tentang
pola-pola perkembangan anak.
II.
Teori
perkembangan
Dikenal ada tiga teori atau pendekatan
tentang pendekatan perkembangan individu , yaitu pendekatan pentahapan (stage approach) atau perkembangan individu berjalan melalui
tahap-tahap perkembangan. Kedua, pendekatan diferensial (diferential approach) melihat bahwa individu memiliki persamaan dan
perbedaan yang dibedakan atas jenis kelamin, ras, agama, status sosial ekonomi
dan sebagainya. Pengelompokan individu ada kalanya juga didasarkan atas
kesamaan karakteristiknya. Ketiga, pendekatan isaftif ( Isaftif approach) berusaha melihat karakteristik individu yang
memiliki sifat sifat individual yang hanya dimiliki oleh seorang individu dan
tidak dimiliki oleh individu lainnya.
b. Psikologi Belajar
Pengembangan kurikulum tidak akan
terlepas dari teori belajar sebab, pada dasarnya kurikulum disusun untuk
membelajarkan siswa. Banyak teori yang membahas tentang belajar sebagai proses
perubahan tingkah laku namun demikian setiap teori itu berpangkal dari
pandangan tentang hakikat manusia.
Menurut aliran belajar
kognitif-wholistik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan sosial antara
kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau
hubungan antara stimulus dan respon. Dengan demikian bahwa proses belajar
sangat tergantung pada adanya rangsangan yang muncul dari luar diri atau faktor
lingkungan. Menurut aliran behavioristik belajar, pada hakikatnya adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon. Dengan
demikian menurut aliran behavioristik proses belajar sangat bergantung pada
adanya rangsangan atau stimulus yang muncul dari luar diri atau yang kita kenal
dengan faktor lingkungan. Proses belajar dapat dipelajari dari kegiatan yang
dapat dilihat. Pada penilaian kognitif belajar adalah kegiatan mental yang ada
dalam diri setiap individu, kegiatan mental itu memang tidak dapat dilihat
secara nyata akan tetapi menurut aliran ini, justru sesuatu yang ada dalam diri
itulah yang menggerakan seseorang mencapai perubahan tingkah laku.
3. Landasan organisasi
Kurikulum merupakan rencana untuk kepentingan peserta
didik, maka dari itu bahan atau isi pelajaran harus dituangkan dalam organisasi
tertentu agar tujuan pendidikan dapat tercapai (Nasution, 1995) organisasi atau
desain kurikulum berkaitan erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Jenis-jenis
organisasi kurikulum yang dimaksud sebagaimana dikemukakan berikut ini:
a. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran
Organisasi
kurikulum jenis ini merupakan organisasi kurikulum yang paling tua, tetapi
higga kini masih menduduki tempat yang paling dominan. Organisasi kurikulum
yang subject centered ini memanfaatkan berbagai disiplin ilmu yang telah
disusun secara logis sistematis oleh para ahli dan ilmuan dalam cabang ilmu
masing-masing. Kurikulum ini bertujuan agar peserta didik mengenal hasil kebudayaan
dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak berabad-abad, agar
mereka tak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh
generasi-genarasi terdahulu. Kurikulum berdasarkan subjek atau mata pelajaran ini sangat populer dan
mempunyai kedudukan yang kokoh sekalipun mengalami kritik-kritik yang tajam.
Kurikulum ini bertahan terus sebab mempunyai ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh
kurikulum bentuk lain. Kurikulum ini memang banyak mempunyai keuntungan, antara
lain sebagai berikut :
a) Memberikan pengetahuan berupa hasil
pengalaman generasi lampau yang dapat digunakan untk menafsirkan pengalaman
seseorang.
b) Mempunyai organisasi yang mudah
sturkturnya, mudah diubah, diperluas atau dipersempit, mudah disesuaikan dengan
perkembangan baru dalam ilmu pengetahuan.
c) Mudah dievaluasi bila perlu dengan
menggunakan tes objektif yang dapat dinilai secara otomatis dengan komputer
sehingga memudahkan penilaian ujian atau tes secara massal.
d) Telah diterima baik dan mudah dipahami
oleh guru, orang tua, dan peserta didik.
e) Mengandung logika tersendiri menurut
disiplin masing-masing memberikan pengetahuan secara sistematis dan karena itu
memberikan metode yang logis dan efektif untuk menguasi bahan pelajaran.
Selain
memiliki keuntugan, organisasi kurikulum ini memiliki berbagai kelemahan, yang
antara lain dikemukakan berikut ini:
a) Terdapat kesenjangan antara pengalaman
peserta didk dan pengalaman umat manusia yang tersusun logis sistematis
sehingga timbul bahaya verbalisme.
b) Sering pengetahuan yang logis-sistematis
itu tidak fungsional dalam menghadapi masalah-masalah masyarakat dan tidak
sesuai dengan minat, kebutuhan serta masalah-masalah peserta didik dalam
hidupnya.
c) Kurikulum ini memberikan pengetahuan
lepas-lepas, sering berupa fakta dan informasi yang perlu dihafal.
Menurut Hamalik (1993) ciri-ciri kurikulum maa
pelajaran dinataranya adalah sebagai berikut :
a) Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang
terpisah satu sama lain;
b) Setiap mata pelajaran seolah-olah
tersimpan dalam kotak-kotak sendiri dan diberikan pada waktu tertentu;
c) Kurikulum ini bertujuan pada penguasaan
sejumlah ilmu pengetahuan;
d) Tidak didasarkan atas kebutuhan, minat,
dan tuntunan masyarakat;
e) Pendekatan metodelogi sistem penuangan;
f) Pelaksanaan dengan sistem guru mata pelajaran;
g) Peserta didik sama sekali tidak dilibatkan
dalam perencanaan kurikulum.
b. Kurikulum gabungan
Pada dasarnya merupakan modifikasi dari kurikulum mata pelajaran
yang terpisah-pisah. Agar pengetahuan peserta didik tidak lepas maka diusahakan
hubungan diantara dua mata pelajaran atau lebih yang dapat dipandang sebagai
kelompok yang pada hakikatnya mempunyai hubungan yang erat. Dalam menghubungkan
mata pelajaran yang satu dengan yang lain dengan memelihara identitas mata
pelajaran, ada pula yang menyatupadukan mata pelajaran dengan menghilangkan
identitas mata pelajaran sehingga menjadi bidang studi tertentu.(Nasution,1995)
Macam
macam cara berkorelasi:
a) Antara dua matapelajaran diadakan hubungan
secara insidental,yakni kalau kebetulan ada kaitannya dengan mata pelajaran
lain.
b) Hubungan yang lebih erat terdapat apabila
suatu pokok atau masalah tertentu diperbincangkan dalam berbagai mata
pelajaran.
c) Beberapa mata pelajaran disatukan, difusikan
dengan menghilangkan batas masing masing.
c. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum
terpadu (integrated curriculum) diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan filsafat pendidikan demokratis.
2. Berdasarkan psikologis belajar Gestalt.
3. Berdasarkan landasan sosiologis dan
sosio-kultural.
4. Berdasarkan kebutuhan perkembangan peserta
didik.
5. Ditunjang oleh semua mata pelajaran atau
bidang studi yang ada.
6. Sistem pencapaiannya dengan menggunakan
sistem pengajaran unit atau tematik.
7. Peran guru sama aktifnya dengan peran
peserta didik.
Keunggulan
atau manfaat kurikulum terpadu menurut Nasution (1995) diantaranya adalah
sebagai berikut.
1. Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit
bertalian erat dengan minat dan kebutuhan perkembangan peserta didik.
2. Kurikulum ini sesuai dengan
pendapat-pendapat modern tentang belajar.
3. Memungkinkan hubungan yang erat antara
sekolah dengan masyarakat.
4. Sesuai dengan paham demokratis.
5. Mudah disesuaikan dengan minat,
kesanggupan, dan kematangan peserta didik.
Walaupun
banyak keunggulan yang dimiliki dalam kurikulum terpadu ini, akan tetapi
terdapat keterbatasan-keterbatasan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Kurikulum ini tidak memberikan pengetahuan
yang logis-sistematis seperti yang diperoleh peserta didik dengan mempelajari
berbagai mata pelajaran yang terpisah-pisah
2. Dengan kurikulum ini tidak dapat
ditentukan lebih dahulu bahan pelajaran untuk tiap kelas karena kebutuhan dan
problema peserta didik tidak sama dari tahun ke tahun. Dalam kurikulum ini
diperlukan administrasi yang teliti yang mencatat apa-apa yang telah dipelajari
oleh peserta didik, dan kesukaran juga dialami peserta didik yang pindah
sekolah.
3. Kurikulum ini sukar untuk dijalankan,
karena guru-guru tidak dipersiapkan untuk kurikulum serupa ini. Lagi pula
masyarakat pun rasanya tak akan mudah menerima kurikulum ini.
4. Kurikulum ini kurang mementingkan masa
lampau dan masa depan, karena topik bahasan lebih mengutamakan pada
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik pada masa sekarang
5. Kurikulum ini, sukar untuk menentukan
apakah sebenarnya kebutuhan peserta didik. Mereka sering tidak mengetahui apa
yang diperlukan dalam hidupnya. Sesuatu yang dibuthkan oleh seseorang peserta
didik belum tentu merupakan kebutuhan bagi seluruh kelas. Guru dapat menentukan
kebutuhan itu dengan mempelajari buku-buku tentang pertumbuhan dan kebutuhan
anak, akan tetapi belum tentu pilihan guru itu betul-betul dirasakan peserta
didik sebagai kebutuhannya.
4. Landsaan sosiologi
Salah satu fungsi sekolah erat hubungannya dengan
kebutuhan masyarakat. Sekolah sejak mulanya didirikan oleh masyarakat untuk
kepentingan masyarakat demi kelanjutan hidup, perkembangan, dan kebahagiaan masyarakat. Dengan kata lain,
masyarakat mendirikan sekolah untuk kepentingan masyarakat agar hidup terus dan
senantiasa meningkatan mutu kehidupannya. Faktor itulah yang harus
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum, disini juga harus dijaga
keseimbangan antara kepentingan peserta didik sebagai individu dengan
kepentingan peserta didik sebagai anggota masyarakat, dan ini dapat dicapai
apabila dicegah kurikulum yang semata-mata bersifat sosiety-centered.
Kurikulum sekolah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
harus senantiasa relevan dengan situasi dan kondisi masyarakat masa kini. Bahkan tuntutan dan kemungkinan yang bakal
terjadi pada masayarakat genenrasi yang
mendatang idealnya telah dipertimbangkan
dalam pengembangan kurikulum, karena masyarakat senantiasa tumbuh dan
berkembang berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Landasan sosiologis dalam
pengembangan kurikulum, dalam konteks ini pengembang kurikulum 2004, pada
dasarnya sebagai upaya perubahan dalam menanggapi berbagai perkembangan dalam
masyarakat, baik masyarakat dunia maupun masyarakat lokal yang saat ini
berhadapan dengan perubahan yang begitu cepat (Muhamad, 2004).
Pada dasarnya, kurikulum harus mampu mengembangkan
manusia sehingga mereka memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang diperlukan
baik oleh dirinya sebgai suatu pribadi maupun oleh masyarakat, bangsa, dan
negara. Konsekuensinya, kurikulum dikembangan berdasarkan nilai yang berlaku di
masyarakat landasan sosial dan budaya merupakan salah satu landasan yang
seharusnya menjadi kepedulian utama dalam proses pengembangan kurikulum.
5. Landasan ilmu dan teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
termasuk salah satu landasan pengembangan kurikulum. Bahkan termasuk landasan
yang tidak kalah pentingnya dengan landasan-landasan yang lainnya. Alasannya,
pesatnya perkembangan iptek, secara otomatis akan mempengaruhi pola pikir
masyarakat berkembang dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini sangat berpengaruh
besar terutama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mengadakan inovasi-inovasi
dalam berbagai aspeknya, diantaranya fasilitas pendidikan, personal pendidikan,
pengelolanya, standar mutunya, termasuk dalam kurikulumnya.
Pendidikan melalui pengembangan kurikulum, harus mampu
mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan
dimana iptek sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan masyarakat. Oleh
karena itu, menuntut penyempurnaan-penyempurnaan kurikulum secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan kemajuan ipteks. Penyempurnaan kurikulum dengan
pertimbangan kemajuan ipteks tentunya meliputi seluruh komponen kurikulum, baik
dalam menentukan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan evaluasinya. Yang tidak
kalah pentingnya, penyempurnaan kurikulum
tersebut tidak hanya dalam dimensi dokumen tetapi harus ditindaklanjuti
dalam implementasinya.
6. Landsan historis
Landasan historis berkaitan dengan formula
program-program sekolah pada waktu lampau yang masih hidup sampai sekarang atau
yang pengaruhnya masih berat pada kurikulum saat ini (Johnson, 1968). Kurikulum
yang dikembangkan saat ini harus mempertimbangkan apa yang telah dilakukan dan
apa yang telah dicapai melalui kurikulum sebelumnya. Begitu pula selanjutnya,
perlu mempertimbangkan kurikulum yang ada sekarang waktu mengembangkan
kurikulum di masa depan. Umumnya, pengembangan kurikulum yang dalam proses
perbaikan, tentu tidak akan mulai dari nol tapi berdasarkan hasil evaluasi
kurikulum sebelumnya. Dengan demikian hasil evaluasi terhadap komponen-komponen
kurikulum sebelumnya menjadi dasar pertimbangan yang berharga dan pengaruh
terhadap upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang akan datang.
7. Landasan yuridis
Landasan yuridis atau landasan hukum pengembangan
kurikulum pada umumnya adalah Undang-Undang dan Peraturan-peraturan Pemerintah
yang saat ini sedang berlangsung. Berikut ini dikemukakan beberapa
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang melandasi kurikulum di Indonesia :
a. Undang-Undang Dasar tahun 1945 dalam
pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 tercantum tujuan nasional
yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia. Pasal 31 UUD NRI tahun 1945 menyatakan
bahwa setiap (1) setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan; (2) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang; (3) setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya; (4) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam rangka
mencerdasakna kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pada Bab II pasal 2 menyatakan bahwa “pendidikan nasional
berdasarkan pancasila dan UUD NKRI 1945 Pasal 3 menyatakan bahwa “pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan pengetahuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman.
c. Undang-Undang RI No. 23 tahun 2000 tentang
perlindungan anak, pada ketentuan umum, didkemukakan bahwa (1) anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan; (2) perlindungan anak segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, berpartisifasi secara
optimal sesuai dengan harakat martabat kemanusiaan, serat mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.
d. Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang
guru dan dosen, menyatakan bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan
kedudukan yang sangat strategis dalam pembangun nasional dalam bidang
pendidikan. Dalam Pasal 20 dikemukakan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, guru berkewajiban : (a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu serta menilai evaluasi hasil pembelajaran; (b)
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan potensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Teknologi, dan
seni; (c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan
jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar
belakaang keluarga dan status ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (d)
menjunjung tinggi Peraturan Perundang-Undangan, hukum, dan kode etik guru serta
nilai-nilai agama dan etika; (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan
bangsa.
e. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia
No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Bab II Pasal 2
dikemukakan bahwa (1) lingkungan standar pendidikan meliputi: (a) standar isi;
(b) standar proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan
tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan;
(g) standar pembiayaan; (h) standar penilaian pendidikan. Pasal 3 mengemukakan
bahwa standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaaan, dan pengawasan pendidikan. Dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu. Pasal 4 satndar nasional pendidikan bertujuan menjamin
mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan salah
satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam
kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga
memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang
pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Pengembangan kurikulum pada
hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran
yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Namun demikian,
persoalan mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaimana cara belajar
siswa bukanlah suatu proses yang sederhana, sebab menentukan isi atau muatan
kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai;
sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan
kebutuhan masyarakat. Macam-macam landasan pengembangan kurikulum adalah
landasan filosofis, landasan psikologis, landasan organisasi, landasan
sosialisasi, landasan ilmu dan pengetahuan, landasan teori, dan landasan
yuridis.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
https:id.m.wikipedia.org/wiki/Metafisika
(Sabtu,18 Februari 2017 pukul 14:56)
Lely,
Halimah. 2010. Pengembangan Kurikulum. Bandung : RIZQI Press.
Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group.
Sukmadinata, Nana. 2008. Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar